Wali Kota Malang Dorong Percepatan Pembangunan WTP

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Malang untuk mencukupi kebutuhan air bagi warganya. Salah satunya dengan menggandeng Perumda Tugu Tirta dan Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta (PJT) 1 untuk membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kota Malang.

SPAM sebesar 500 liter per detik (lps) ini nantinya akan dipenuhi secara bertahap dengan memanfaatkan air permukaan Sungai Bango di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing. Air baku dari sungai akan diolah oleh PJT 1 melalui Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA).

Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji menekankan bahwa harus ada percepatan dalam pembangunan. Oleh karenanya, pihaknya menggelar rapat koordinasi bersama Perumda Tugu Tirta dan PJT 1 di Ruang Rapat Wali Kota Balai Kota Malang, Selasa (20/6/2023).

“Kebutuhan air bersih semakin hari semakin meningkat. Ini adalah kebutuhan dasar manusia, jadi apa yang kita lakukan ini mengandung nilai ibadah. Makanya kita juga undang perangkat daerah yang membidangi untuk bisa mendukung percepatan-percepatan dalam proyek pembangunan WTP ini,” ujarnya.

Sutiaji juga menginstruksikan para pihak yang terlibat untuk memiliki ‘plan B’, sehingga apabila target tidak dapat tercapai sesuai rencana maka dapat melakukan rencana atau prosedur lainnya. “Tolong juga ada simulasi lain ketika rencana kita walau sudah melakukan berbagai pendekatan berlandaskan ilmu pengetahuan, perlu ada opsi-opsi lain seandainya rencana kita ini nanti tidak sesuai atau melenceng,” pintanya.

Ditemui usai mengikuti pertemuan, Direktur Perumda Tugu Tirta, M. Nor Muhlas menyampaikan bahwa pihaknya akan segera melengkapi segala persyaratan yang dibutuhkan untuk menunjang segala proses perizinan, salah satunya pembayaran sewa lahan kepada pihak Pemkot Malang.

“Ini adalah komitmen kepala daerah untuk bisa segera merealisasikan rencana WTP sehingga dapat sesuai dengan timeline yang sudah ditetapkan. Pak Wali (Kota Malang) mendorong kami untuk mempercepat prosesnya. Termasuk segala perizinannya, sehingga saat infrastruktur terbangun, air bisa langsung didistribusikan pada masyarakat,” ungkapnya.

Tips Pilih Hewan Kurban yang Tepat

Menjelang Hari Raya Iduladha, umat muslim di seluruh dunia tentu sedang menyiapkan diri untuk menjalankan ibadah kurban. Salah satu proses di dalamnya adalah memilih hewan kurban yang sehat dan tepat. Apalagi dalam Islam, memilih hewan kurban tidak boleh sembarangan.

Dosen Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes., memberikan beberapa tips dalam memilih hewan kurban Selasa (20/6/2023). Ia menegaskan bahwa hendaknya masyarakat memiliki hewan ternak yang sehat. Adapun hewan kurban yang diperbolehkan dalam ajaran Islam yaitu, sapi, kambing, domba, dan unta. Pemilihannya juga harus diperhatikan kondisinya seperti tidak cacat, buta, atau pincang.

“Biasanya menjelang Iduladha, hewan-hewan ternak yang bermasalah seperti sakit misalnya, akan diobati tiga bulan sebelumnya,“ jelas Wahyudi.

Usia hewan ternak yang akan dikurbankan juga harus memenuhi syarat. Bisa dilihat dari kondisi gigi tetap pada rahang bawah hewan. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar dua tahun, sedangkan pada kambing dan domba sekitar satu tahun.

“Hewan kurban juga harus ‘good looking’ atau bagus dilihat secara fisik. Biasanya kondisi fisik hewan kurban dilihat dari kondisi badan, bulu yang bersih, tanduk, dan janggutnya,” tambahnya.

Namun, akhir-akhir ini terjadi masalah besar yang menimpa para peternak hewan kurban, yaitu munculnya virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Virus ini dapat menginfeksi mulut dan kuku hewan dan membuat mereka tidak ingin makan dan tidak dapat berdiri. Selain itu, penyakit kulit yang disebabkan oleh virus Lumpy Skin Disease (LSD) juga dapat menyerang kulit hewan ternak. Masyarakat mengenal ini dengan sebutan penyakit virus lato-lato.

Selain memeriksa hewan kurban dari kondisi tubuh, para calon pembeli juga perlu melihat kondisi dan kebersihan lokasi tempat penjualan hewan kurban. Kondisi lingkungan tempat hewan kurban tinggal akan mempengaruhi kesehatan mereka.

“Cara untuk melihat sapi yang di tubuhnya ada cacing atau tidak, yakni dengan melihat bulu yang ada di garis punggung. Mulai dari belakang leher sampai ke belakang. Jika bulunya berdiri dan kusam itu artinya di dalam tubuh sapi itu ada cacing. Jadi pilihlah sapi yang bulunya jatuh dan tidak kusam,” sarannya.

Terakhir, Wahyudi menyampaikan bahwa sapi asli Indonesia seperti sapi Madura, sapi Bali, dan sapi Jawa tidak mudah terserang cacing. Berbeda dengan sapi-sapi hasil persilangan sapi lokal dan Eropa yang lebih rentan terserang cacing.

“Sapi lokal menjadi pilihan yang bagus untuk berkurban, karena tubuhnya lebih tahan dari serangan penyakit. Ini lantaran hewan-hewan tersebut sudah lama hidup di daerahnya, sehingga tahan terhadap cacing,” pungkasnya.