Wali Kota Malang Ajak ASN Terus Berinovasi

Sebagai pelayan publik, Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut harus terus melakukan inovasi agar terjadi perubahan yang lebih baik. Banyaknya inovasi menjadi salah satu bukti nyata adanya perubahan dan kemajuan sebuah daerah, sehingga hal ini harus terus dipacu serta dikuatkan.

Beberapa hal itu disampaikan Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji usai menyerahkan penghargaan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Kota Malang kepada sejumlah sekolah dan perangkat daerah di lingkungan Pemkot Malang usai apel pagi di halaman Balai Kota Malang, Senin (10/7/2023). Kali ini ada 14 penghargaan KIPP yang diserahkan dan beberapa inovasi akan melaju ke tingkat Provinsi Jawa Timur dan juga tingkat nasional.

Seperti inovasi dari Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) yaitu aplikasi Persada (Aplikasi Online Pajak Restoran dan Subyek Pajak Daerah Lainnya. Selain itu, ada inovasi berupa aplikasi dari SMPN 10 yaitu Mas Kadin Bersinar (Mencegah Anak Sekolah Menikah Dini Bersama Inovasi Anak Remaja).

Dari itu semua, Wali Kota Sutiaji meminta jajarannya agar tidak selalu berada di zona nyaman dan tidak bekerja yang biasa-biasa atau tidak terjebak di rutinitas yang monoton. “Berangkat jam 8.00 WIB pulang jam 16.00 WIB itu sudah biasa. Mari lakukan hal-hal yang luar biasa,” ajak pria berkacamata itu.

“Saya memang mendorong one PD (perangkat daerah) one inovation, one sekolah one innovation, karena salah satu indikator dari orang intelek, orang yang mempunyai pikir pandang yang jauh adalah selalu gelisah. Gelisah untuk melihat kenyataan dan lebih bagus lagi. Maka kita dorong untuk selalu berinovasi dan berinteraksi,” bebernya.

Ditegaskan orang nomor satu di jajaran Pemkot Malang itu bahwa tantangan ke depan semakin berat dan inovasi menjadi jawaban serta solusi terbaik. Disebutkannya memang tidak mudah dalam berinovasi, tapi dengan kemauan yang kuat dan mengesampingkan ego sektoral maka semua hambatan akan terlampaui.

Widayati Sutiaji Raih Penghargaan Perempuan Inspiratif Pegiat Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

Berkat dedikasi melalui berbagai program dan inovasinya, Ketua TP PKK Kota Malang Hj. Widayati Sutiaji, S.sos, MM menerima penghargaan di ajang Anugerah Inspiratif Festival 6 Indonesia 2023 untuk kategori Perempuan Inspiratif Pegiat Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya, di Jakarta, Sabtu (8/7/2023).

“Terima kasih atas penghargaan ini. Semoga ini dapat menjadi inspirasi bagi ibu-ibu dan seluruh perempuan di manapun, khususnya Kota Malang. Sesungguhnya perempuan bisa ikut terlibat dalam mewujudkan masyarakat yang aktif, produktif dan menuju Kota Malang yang bermartabat,” ucap Widayati.

Penghargaan ini dianugerahkan kepada perempuan yang juga merupakan Ketua Dekranasda tersebut karena dinilai sebagai sosok yang memberikan kontribusi dalam penguatan ekonomi kreatif melalui UMKM berbasis budaya, pelestarian flora bernilai ekonomi, dan pelestarian budaya melalui fesyen.

“Pemerintah Kota (Malang) sangat berkomitmen mendukung apa yang menjadi isu prioritas nasional, diantaranya stunting, penanganan kemiskinan serta ketahanan pangan. Maka dari itu Pemkot Malang dan Tim Penggerak PKK beriringan berupaya melalui berbagai program dan inovasi membangun Kota Malang,” bebernya lebih lanjut.

Disebutkan perempuan berhijab itu, program dan inovasi tersebut diantaranya adalah program Gerbudbute (Gerakan Budidaya Bunga Telang) dan urban farming. Dikatakannya, ada tiga esensi dari program Gerbudbute dan urban farming ini, yaitu tangguh kesehatannya, tangguh ekonominya, dan tangguh sosialnya.

“Beragam upaya dilakukan Pemkot Malang bersama TP PKK untuk menyukseskan program ini, diantaranya menguatkan kebijakan hexa helix. Teman-teman perbankan dan sektor jasa keuangan kami ajak dan libatkan secara aktif terkait dengan permodalan. Perumda Tunas juga kami gandeng untuk pemasarannya,” terang Widayati.

Di ajang ini pula, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo menerima penghargaan pada kategori Tokoh Inspiratif Pegiat Pemenuhan Kebutuhan dan Produktivitas Pertanian. Penghargaan tersebut dipersembahkan Menteri Pertanian kepada seluruh petani Indonesia karena telah menyediakan makanan seluruh masyarakat Indonesia. “Penting sekali untuk terus melakukan penguatan ketahanan pangan,” demikian diutarakan Menteri Pertanian RI, SYL saat menghadiri Festival6.

Berkaitan dengan hal tersebut, di Kota Malang yang meski lahan pertaniannya terbatas, tak menyurutkan spirit sebagaimana program yang dimotori Ketua TP PKK Kota Malang melalui program urban farming dan Gerbudbute.

Dalam rangka penguatan UMKM di Kota Malang, Widayati dinilai memberikan kontribusinya melalui pelaksanaan gebyar UMKM yang berjalan sukses dan meriah oleh Dekranasda yang diikuti kelompok UMKM, dan masyarakat melalui pendekatan budaya tradisional.

Ia pun turut aktif dalam pelestarian budaya melalui fesyen dengan bekerjasama dan berintegrasi dengan Diskopindag Kota Malang, untuk memajukan industri fesyen Kota Malang. Seperti melalui lomba fashion show yang di dalamnya adalah pertunjukan fesyen yang memadukan corak, motif tradisional dan busana kontemporer khas Kota Malang.

Tiga Batu Bersejarah di Alun-Alun Tugu

Sejak beberapa waktu lalu revitalisasi Alun-Alun Tugu Kota Malang dimulai. Di taman yang berada tepat di depan Balai Kota Malang itu ternyata terdapat peninggalan tiga batu jenis andesit dengan ukiran tulisan yang berbeda, dan memiliki nilai sejarah dari zaman Belanda.

Penanggung jawab proyek, Irfan, Kamis (6/7/2023) mengatakan jika ketiga batu tersebut sebelumnya memang telah diletakkan di permukaan tanah berdekatan dengan tempat duduk yang berada di Alun-Alun Tugu Kota Malang tersebut.

“Itu diletakkan pada tahun 2016, dari peninggalan Belanda. Saat proses revitalisasi Alun-alun Tugu ini, kita pindahkan sementara tetapi nanti akan kita kembalikan di posisi semula karena batu ini dianggap bersejarah,” terang Irfan.

Di tiga batu tersebut bertuliskan ‘Malang in Memory of’ kemudian ‘Oosterhuis Bapak Tonko’ dan ‘Johan Jan.’ Tentu dari ketiga tulisan di batu tersebut memiliki makna tersendiri. “Ini tetap kita amankan, karena saran dari sejarawan itu harus tetap dirawat,” lanjutnya.

Terpisah, pemerhati sejarah, Tjahjana Indra Kusuma, menyampaikan jika batu tersebut merupakan sebuah bangku kenangan yang dirancang ergonomis dan memiliki permukaan yang tidak menggenang saat hujan turun. Namun, lebih dari itu, batu tersebut memiliki makna yang lebih mendalam dalam sejarah Kota Malang.

“Batu ini melambangkan sumbu imajiner Kota Malang. Dari balkon tempatnya berada, kita bisa melihat deretan tugu yang mengarah ke Jalan Suropati. Seperti halnya di Yogyakarta dengan Keraton, Tugu, dan Merapi, di Kota Malang ada sumbu imajiner dari balkon Balai Kota Malang ini,” jelasnya.

Ditambahkan Indra, dua bangunan setinggi 12 meter yang dulunya menjadi bangunan militer dan bangunan pemerintahan, dirancang secara strategis mengikuti sumbu imajiner ini. Jadi, ketika seorang wali kota memandang ke arah sana, sebelum adanya tugu, ada air mancur.

Selain itu, menurutnya juga terdapat korelasi antara tiga batu tersebut dengan sejarah keluarga Tonko Oosterhuis, Yohan Oosterhuis, dan Yan Oosterhuis. Karena keluarga tersebut dianggap memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Kota Malang.

“Salah satu anak mereka, Johan Oosterhuis, meninggal pada bulan Juni 1945 di Lapas Lowokwaru. Johan ditangkap oleh tentara Jepang karena dianggap sebagai mata-mata karena ia sering menggunakan senter pada malam hari ketika ada pesawat terbang,” urai Indra.

Terlebih, kata dia, keluarga Oosterhuis awalnya merupakan tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang bertugas di berbagai tempat di Indonesia, seperti Kepulauan Alor Kalabahi, Waingapu, Cimahi, Surabaya, dan Samarinda.

“Tonko Oosterhuis sendiri sangat mencintai Hindia Belanda dan bertugas di Batalyon Infanteri 8 Gerampal di Malang. Namun, saat invasi Jepang terjadi pada tahun 1942, Tonko ditahan di Surabaya,” jelasnya.

Lebih lanjut Indra menceritakan bahwa istri Tonko dan anak-anaknya dikumpulkan di interniran di Jalan Welirang Straat 43. Istri Tonko berasal dari Timor Timur dan mereka menikah saat Tonko bertugas di Waingapu, Kalabahi. “Ada tanda kelahiran Kalabahi 1923 terukir di logamnya,” bebernya.

Karena itu, keluarga besar dari Tonko Oosterhius meminta izin kepada dinas terkait untuk memasang bangku tersebut di area publik pada bulan Februari 2016 lalu. “Itu semua juga terekam sejarahnya dalam media sosial arsitek pembuat ketiga batu tersebut,” pungkas Indra.

MUI Ajak Camat dan Lurah Jaga Kondusivitas

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Malang menggelar Sosialisasi Pengembangan Percontohan Kelurahan Sadar Kerukunan di Kota Malang di Hotel Montana, Selasa (4/7/2023). Acara ini diikuti oleh 57 kelurahan dan lima kecamatan yang ada di Kota Malang.

Wakil Ketua Umum MUI Kota Malang, Drs. KH. Chamzawi, M.HI, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan sosialisasi pengembangan percontohan Kelurahan Sadar Kerukunan di Kota Malang. “MUI menyelenggarakan kegiatan ini sejalan dengan misi MUI untuk menciptakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang baik serta mendapatkan ridho dan ampunan Tuhan YME,” ujar Chamzawi, Selasa (4/7/2023).

Disampaikannya, MUI merasa memiliki kewajiban untuk menciptakan kehidupan yang rukun, terutama di Kota Malang, dalam upaya mencapai masyarakat berkualitas dan untuk memperkuat Islam dan kaum Muslimin dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagai manifestasi rahmat bagi seluruh alam.

Setidaknya terdapat tiga aspek kerukunan yang harus dijaga dan dikembangkan untuk menciptakan situasi yang kondusif di Kota Malang, yaitu kerukunan antar umat beragama, kerukunan internal umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Sebagaimana yang disampaikan oleh para pendiri bangsa Indonesia, meskipun Indonesia memiliki umat Islam terbesar, namun dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Hal ini perlu dilestarikan karena setiap masyarakat memiliki hak dan setiap warga negara memiliki kewajiban.

Oleh karena itu, sangat penting bagi lurah dan camat di Kota Malang untuk mengikuti kegiatan ini agar dapat memberikan edukasi kepada masyarakat. Pasalnya, lurah dan camat memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat di lapangan.

Sementara itu Kabag Pemerintahan Setda Kota Malang, Drs. Fahmi Fauzan AZ, M.Si., menyambut baik apa yang dilaksanakan oleh MUI Kota Malang dalam menciptakan situasi yang kondusif di Kota Malang. Harapannya, persatuan dan kesatuan terus dapat dibangun di Kota Malang.

“Kegiatan ini tidak hanya sekadar sebagai media silaturahmi, tetapi juga sebagai acara diskusi yang mengajarkan pemahaman akan pentingnya norma dan terciptanya persatuan dan kesatuan,” terang Fahmi.

Karena Indonesia dan Kota Malang memiliki masyarakat yang beragam dan multikultural, sikap saling menghormati harus dikembangkan. Kota Malang memiliki masyarakat yang plural dengan beragam agama, dan karena itu, pemerintah Kota Malang berkomitmen tinggi dalam menjaga kerukunan persatuan dan kesatuan.