Petinggi Gatra Puji Inovasi dan Keberhasilan Walikota Malang
Jaksel, MC – Wali Kota Malang, H. Moch Anton, menghadiri undangan redaksi Majalah Gatra di Jalan Kalibata Timur IV No 15, Jakarta Selatan. Pada kesempatan itu, Abah Anton, sapaan Wali Kota Malang yang juga ditemani Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Drs. Wasto S.H.,M.H, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Zulkifli Amrizal S.Sos., M.Si serta Kepala Bagian Humas, Muhammad Nur Widianto S.Sos memaparkan segala macam hal yang berkaitan dengan pembangunan di Kota Malang. Rombongan Wali Kota Malang diterima dengan baik oleh redaksi majalah tersebut, Kamis (22/9)
Majalah Gatra, khusus mengundang Abah Anton, karena selama ini menilai jika segudang prestasi yang berhasil diukir dalam berbagai bidang tak lepas dari sosok orang nomor satu di Kota Malang tersebut.
“Saya menilai Abah Anton ini cerdik, cepat, credible, cespleng, dan kami sangat salut dengan prestasi yang diraih,” kata Direktur Marketing Majalah Gatra, Teguh Slamet.
Abah Anton mengawali paparannya, menyebut jika Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, karenanya banyak permasalahan yang harus diselesaikan, termasuk masalah kemacetan, kemiskinan, sampah hingga urbanisasi.
Guna menyelesaikan semua permasalahan itu, pada masa pemerintahannya dibuatlah site plan jangka panjang agar pembangunan bisa berkelanjutan dan berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.
“Saya berpikir jangka panjang untuk memperbaiki Kota Malang. Kalau masalah jabatan jadi wali kota mungkin paling lama 10 tahun, tapi dengan site plan jangka panjang itu kita bisa bangun Kota Malang berkelanjutan,” jelas Abah Anton.
Kata kunci dalam membangun Kota Malang, lanjutnya, adalah kreativitas dan inovasi. Menggandeng berbagai perguruan tinggi yang ada, pemerintah menginginkan ada ide-ide baru dari kalangan akademisi dalam membangun Kota Malang. Wujudnya, yakni terbentuknya Kampung Warna Warni di Jodipan dan juga Kampung Glintung Go Green (3G) yang tak lepas dari peran serta perguruan tinggi.
“Kami mencoba menyelesaikan permasalahan melalui inovasi di kelurahan, kita ada 50 kampus dan benar-benar kita manfaatkan,” tukasnya.
Dalam rangka membangun, sambung Abah Anton, Pemkot Malang melihat skala prioritas dari masyarakat baik dari program blusukan maupun usulan program dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
“Kita pilih dan kita pilah mana saja yang prioritas di masyarakat, karena kalau program itu dari mereka, maka warga akan serius menjalankan, berbeda ketika program dari pemerintah, bisa jadi gak jalan,mindset itu yang kita ubah,” beber Abah Anton.
Konsep membangun dari arus bawah ini terus digelorakan, salah satunya dengan program Festival Rancang Malang yang bertujuan menciptakan smart kampung menuju terbentuknya smart city.
Kesuksesan Kampung Warna Warni di Jodipan, merupakan titik awal membentuk festival tersebut, karena selain mengubah wajah kampung menjadi lebih inovatif juga mengubah pola pemikiran masyarakat. “Contohnya sebelum ada Kampung Warna Warni banyak warga buang sampah di sungai, tapi setelah kampung itu bersih dan jadi tujuan wisata, warga sudah tidak lagi melakukan itu,” ungkapnya.
Dalam bidang ekonomi, saat ini Pemkot Malang juga fokus melakukan pengembangan Pasar Induk Gadang (PIG) yang akan mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Pasalnya, dari PIG itulah inflasi bisa dikontrol dan Malang bisa menjadi pusat perdagangan, karena hasil pertanian dan peternakan akan ditampung di pasar tersebut, sebelum dikirimkan ke berbagai daerah lainnya.
“Pasar Induk Gadang ini saya rencanakan jadi sentra di Malang Raya, bahkan hingga sampai Blitar dan kawasan lainnya,” ujar orang nomer satu di Pemkota Malang itu.
Sementara itu, Kepala Bappeda, mengatakan bahwa kesuksesan Pemkot Malang dalam berinovasi, ternyata membuat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) angkat topi. Dalam waktu dekat, Abah Anton dan juga Ketua RW di Kelurahan Purwantoro akan menjadi narasumber untuk para wali kota dan bupati se Indonesia guna menjelaskan masalah sanitasi. “Kota Malang masuk dalam satu dari sepuluh kota di Indonesia yang dipercaya mengatasi sanitasi,” tuturnya.
Di sisi lain untuk menyelesaikan masalah kemacetan, Pemkot Malang juga sedang merencanakan jurus jitu yakni membuat monorel dengan menggandeng investor, karena jika menggunakan APBD postur anggaran tidak memungkinkan.
“Dalam mengatasi masalah kemiskinan, Abah Anton juga sering melakukan bedah rumah pada saat blusukan,” tukasnya. (say/may)