Presiden Tutup Rakernas Apeksi 2017. Ini yang Disampaikan!
Klojen, MC – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ingatkan para wali kota se-Indonesia agar tidak terjebak dengan program-program yang bersifat rutinitas di Savana Hotel & Convention Malang, Kamis (20/7). Hal itu mengingat dunia yang bergerak cepat, maka dibutuhkan inovasi, kreativitas dan fokus untuk mengeksplorasi keunggulan suatu daerah, Kamis (20/7).
Dengan cara ini, setiap kota di Indonesia diharapkan memiliki cirri khas dan keunikan tersendiri yang bisa menjadi pembeda dengan daerah lain. Karena setiap kota pasti memiliki suatu keunikan dan keunggulan tersendiri dibandingkan daerah lain.
Dalam penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Presiden Joko Widodo menegaskan untuk bisa bersaing dan berinovasi dalam memperbarui kreativitas.
“Kreativitas industri masyarakat kota luar biasa, tetapi jika tidak didukung pemerintah dengan baik, potensi yang sudah ada tentu akan sia-sia,” jelas Presiden Jokowi saat penutupan acara Rakernas Apeksi 2017.
Tugas pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah adalah, menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni. Sehingga ke depan bangsa Indonesia bisa bersaing di tengah persaingan global yang semakin sengit.
“Fokus membangun kota sesuai dengan keunggulannya sangat penting. Contohnya, pembangunan Kota Bogor tidak sama dengan Denpasar. Harus berbeda,” kata Jokowi.
Dari kenyataan itu, Presiden Jokowi mengingatkan, agar wali kota merancang dan menyiapkan kota dengan baik dan jangan terjebak dengan rutinitas-rutinitas. Jika sudah terjebak dengan rutinitas strategi pembangunan, 50-100 tahun ke depan tentu tidak akan bisa maksimal.
Presiden mencontohkan di Kota Sunnyland, California, Amerika Serikat yang hanya khusus mengembangkan dan mengurusi golf. Satu kota memiliki 37 padang golf dan setiap hari ribuan pesawat pribadi datang kesana hanya untuk bermain golf. Di kota ini, kata Jokowi, isinya hanya resort dan golf, tidak ada yang lain.
Melihat hal ini, presiden percaya bahwa Indonesia sesungguhnya bisa melakukan hal yang serupa. Sebab, negara Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa dan budaya yang perlu dieksplorasi dari tiap daerah.
“Mungkin tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat dengan hanya lima tahun ke depan. Tetapi dibutuhkan keseriusan seperti itu untuk bisa mengangkat derajat suatu kota,” ucap Jokowi.
Pada kesempatan itu, presiden juga mengingatkan setiap kota agar menggunakan anggaranya secara fokus. Bila sebuah anggaran pembangunan misalnya sebesar Rp 300 Miliar, maka 60-70 persen anggaran itu harus digunakan untuk anggaran yang diinginkan. Misalnya digunakan untuk memperbaiki trotoar.
Melalui cara ini, diharapkan pembangunan bisa semakin banyak membawa manfaat. Sama halnya dengan APBN, di mana saat ini Indonesia fokus membangun infrastuktur, baru selanjutnya pembangunan sumber daya sehingga lebih mudah dalam mengontrol. (cah/say/ram)