Situs Candi Karang Besuki

Situs Candi Karang Besuki Besuki

 

Candi karang besuki adalah sebuah candi yang digunakan untuk peribadatan. Candi ini berada di Jl candi 6c Dusun Gasek, Kelurahan Karang Besuki, Kota Malang. Candi ini hanya tersisa berupa pondasi, sedang bagian lainnya sudah hilang. Diduga lantaran bencana alam, atau digunakan untuk bahan bangunan warga sekitar. Hal yang membuat unik dari candi ini adalah letaknya yang berada di pemakaman umum dusun gasek, Kota Malang.


Area Pemakaman Dusun Gasek


Pintu Masuk Candi Karang Besuki


Candi Karang Besuki


Penjelasan tentang Candi Karang Besuki


Candi Karang Besuki dari sisi lainnya

Candi Besuki terletak di sebelah utara Candi Badut, tepat di area pekuburan Dusun Gasek, Kelurahan Karangbesuki.Situs Candi Karangbesuki berada di Dsn. Gasek, Ds. Karangbesuki, Kec. Sukun, Kota Malang. Lokasinya tidak jauh dari situs Candi Badut, sekitar 500m arah utara Candi Badut. Berdasar bentuk batu-batu sisa candi dan langgam arca yang ditemukan di sekitar situs, candi ini diduga kuat sejaman dengan Candi Badut. Arca yang ditemukan adalah arca Agastya. Namun arca ini sekarang dalam keadaan rusak. Tangan kirinya putus, kedua kakinya juga putus, sedang tangan kanannya ditambal.

Sampai sekitar tahun 1950-an Candi Besuki memiliki dinding setinggi 150 cm. Tetapi sekarang ini tinggal bagian alas saja, di mana kondisinya sudah sangat memprihatinkan karena ditumbuhi semak dan tidak terawat. Saat ini orang mengetahui bahwa di daerah itu terdapat situs purbakala hanya berdasar petunjuk dari Dinas Purbakala yang memasang papan bertuliskan “Candi Karangbesuki” di bagian barat situs itu.

Arca ini dahulu ditempatkan di dalam punden makam di bawah pohon beringin. Karena bencana angin dahan pohon beringin tersebut putus dan menimpa punden makam. Arcanya kemudian diamankan dan dirawat oleh pihak SDN Karangbesuki 3 (Suwardono dkk, 1996: 7). Oleh pemerintah Kota Malang, akhirnya sekarang disimpan di BP3 Mpu Purwa Kota Malang.

Ditemukannya arca Agastya di sekitar Candi Besuki sepintas memang terlihat kontradiktif, karena Agastya bersifat Siwaistik sedangkan Besuki (Vasuki) bersifat Waisnawa. Namun jika dilihat dari latar kepercayaan Hindu yang berkembang di Nusantara terutama di Jawa, hal itu sebenarnya wajar saja karena tokoh Agastya pada hakikatnya adalah personifikasi dari Siwa yang memiliki sifat-sifat bijaksana, pelindung, penolong, dermawan, pensuci air, penakluk musuh, dan berbagai sifat lain yang mirip dengan sifat-sifat Wisnu.

Sangat mungkin kemiripan antara sifat Agastya dengan Wisnu itu yang menjadikan tokoh Siwaistik ini dijadikan bahasan dan sangat dihormati di dalam naskah-naskah suci kalangan Waisnawa. Di dalam kitab Ramayana versi Walmiki misalnya, terdapat penggambaran dialog antara Rama dengan Laksmana yang membahas tentang Agastya yang begitu mereka hormati dan muliakan. Dalam Ramayana versi Jawa Kuno pun, terdapat gambaran dialog antara Rama dengan Sita tentang Agastya yang terhormat yang mereka muliakan.

Juga ditemukan arca Ganesha, putra dewa Siwa dengan dewi Uma Parwati. Digambarkan bertubuh manusia berperut buncit namun berkepala seekor Gajah. Tangan ada empat membawa aksamala, kapak, mangkuk tengkorak, dan salah satu mangkuk tengkorak dihisap oleh belalainya. Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan yang dilambangkan perutnya yang buncit (lambodhara). Juga sebagai Dewa penghancur rintangan (Wigneswara). [ant]

Sumber:
Petunjuk Wisata Sejarah Kabupaten Malang
Monografi Sejarah Kota Malang

SUMBERSARI OKE

Exit mobile version